"terimakasih karena kamu sudah ada. cukup ada saja, aku tidak minta lebih."
**
saya bingung dengan idiot satu ini. ya, saya bilang dia idiot, karena saya pikir otaknya sudah berhenti berfungsi. bagaimana tidak, mana ada orang yang berterimakasih kepada saya hanya karena saya ada dan hidup di dunia ini, tanpa pernah berbuat apapun pada dirinya. lebih parah lagi, saya sama sekali tidak mengenal idiot satu ini. dia tiba-tiba saja muncul dari antah berantah, lalu langsung mengucapkan terimakasih pada saya. tidak pernah bertemu, tidak pernah mengenal, tidak pernah berbuat. mengapa ia berterimakasih pada saya?
**
dia pikir aku idiot, terlihat jelas di wajahnya. matanya memandangku remeh, bibirnya mencibirku, aku percaya hatinya sedang sibuk bertanya sambil mengumpatku. tapi semua itu tak apa. seperti yang sudah kukatakan di atas, yang penting dia ada. aku tak peduli apapun pikirnya tentangku, sebab aku memang tak minta lebih dari sekedar keberadaannya, kan?
**
idiot ini masih ada di hadapan saya, dan anehnya saya tak berpikir untuk meninggalkannya. dia tak mengatakan apapun lagi setelah 'terimakasih', dan kini kami hanya saling berpandangan. saya masih menunggu dia untuk mengatakan sesuatu, apa saja. tapi tidak, dia tetap diam, tetap menatap saya. ini membuat saya berpikir bahwa ucapan 'cukup ada saja, aku tidak minta lebih' yang dilontarkannya adalah benar. dia tidak mengharapkan apapun kecuali keberadaan saya. demi Tuhan.
**
aku masih tak percaya. dia tetap ada di sini, tidak menghilang seperti biasanya. ini benar-benar mimpi jadi nyata, imaji menjadi bentuk. aku pikir hal yang ingin kusampaikan diterimanya dengan sempurna! oh, bolehkah aku menyampaikan satu hal lagi untuknya!?
**
idiot itu tampak girang secara mendadak. saya tak mengerti kenapa dia sumringah begini, padahal sedari tadi kami cuma bertatap tanpa bertukar kata. apa semua idiot memang seperti ini, bahkan hening pun dapat membuat mereka gembira? bila benar demikian, sungguh mudah hidup sebagai idiot. tak seperti saya, keheningan ini tidak membuat saya senang, lebih membuat stress bahkan. saya harus secepatnya beranjak dari sini, bila tak ingin tertular menjadi idiot!
**
gawat, sepertinya dia sudah akan menghilang lagi! aku harus cepat mengatakannya sebelum terlambat! hei kamu, tunggulah di sini sebentar! ada hal yang masih ingin kusampaikan!
**
idiot itu menjadi agak panik saat saya menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkannya. mulutnya komat kamit seolah ingin mengatakan sesuatu. hei, dia memang akan mengatakan sesuatu! suara parau terputus-putus keluar dari mulutnya. hei idiot, cepat katakanlah, sebelum saya tertular menjadi sepertimu!
ah, raut wajahnya mengeras, dan sepotong kalimat mengalir dari mulutnya! tak sia-sia saya menunggu sedari tadi! hal penting apakah yang akan dia sampaikan sekarang?
**
"terimakasih karena kamu MASIH ada, dan tetaplah ada! aku tidak meminta lebih."
Dan memang tidak akan lebih, cukup keberadaanmu sudah jadi bahagia bagiku. Terimakasih kamu tetap ada. Ah, aku jadi ingin mengucap lagi karena kamu tetap ada, dan akan terus ada. Bolehkah aku mengucapkannya sekarang? Ah, hei!
**
Memang idiot. Sungguh membuang waktu berada di sini.
**
Dia sudah menghilang lagi, seperti yang biasa terjadi. Tapi tak apalah. Masih ada satu yang ingin kuucapkan.
"Terimakasih karena kamu PERNAH ada. cukup pernah ada, aku tidak akan pernah meminta lebih."
1 komentar:
wih mantab ni gan Tempat wisata di Sumenep
Posting Komentar