Procrastinator

Procrastinator itu, kalau dalam bahasa Indonesianya, adalah orang yang suka menunda. Ibarat orang yang kalau disuruh melakukan sesuatu, jawabannya pasti 'nanti aja deh'. Entah belajar, makan, pergi, atau apapun, dia akan terus menunda. Tipe ini bisa ditemukan di segala kalangan, tapi mungkin yang paling banyak ada di kalangan pelajar. Dari tingkat SD sampai mahasiswa sekalipun, pasti ada aja orang-orang prokrastinator ini. Saya punya adik, lulus TK juga belum, tapi kalau disuruh ngerjain PR, jawabnya langsung 'nanti'. Saya gak ngerti juga, tapi jiwa prokrastinator sudah ada dalam dirinya, seorang bocah kecil 5 menjelang 6 tahun. Entah kenapa, saya sudah bisa meramalkan kalau jiwa prokrastinator ini terus ada, maka bocah ini, saat ia menjadi mahasiswa, akan menjadi seorang prokrastinator kelas kakap. Bahaya.

Saya sendiri juga seorang prokrastinator, walau lupa mulainya dari kapan. Kalau diberikan pekerjaan, saya akan cari sejuta alasan untuk menundanya, tidak mengerjakannya sesaat setelah diberikan. Kemudian, menjelang deadline, saya baru akan terserang panic attack. Kelimpungan kesana kemari, bingung, bagaimana caranya untuk menyelesaikan tugas yang udah mepet itu. Ya, dari pengalaman, tugas yang saya tunda tidak satu atau dua tugas. Tapi banyak. Dengan deadline yang berdekatan. Saya cuma punya waktu sehari untuk menyelesaikan semua. Kebanyakkan tugas-tugas itu sih selesai, tapi ya tidak maksimal, dan harus saya akui, proses pengerjaannya pun tidak maksimal dan cenderung menekan. Kadang saya menyesal karena sudah menunda-nunda. Tapi ya saya tidak berubah juga.

Sekali prokrastinator, selamanya prokrastinator.

Hidup sebagai seorang prokrastinator juga bukan hal mudah. Individu ini harus memiliki mental baja, yang kuat menghadapi segala tekanan. Juga otak yang kinerjanya cepat dan tangkas, untuk menyelesaikan tugas berbagai jenis dalam waktu bersamaan. Daya tahan fisiknya juga harus kuat, karena cenderung begadang dalam detik-detik menjelang deadline. Saya berani bilang, cuma orang-orang pintar yang bisa jadi prokrastinator (entah pintar beneran atau pintar karena terpaksa). Kalau orang yang agak kurang, tidak mungkin bisa jadi prokrastinator, pasti kacau semuanya. Berdasarkan pengamatan saya terhadap para prokrastinator ini (teman-teman dan adik-adik saya), saya bisa menyimpulkan, "There is a pro, in every procrastinator.". Ada seorang ahli, dalam setiap prokrastinator. Kalau dilihat dari kutipan bahasa Inggris, sebenarnya cuma sebuah permainan kata. Tapi kalau dimaknakan, harus diakui benar. Cuma para ahli yang bisa jadi para prokrastinator.

Hidup.

Tidak ada komentar: