Belajar Bicara

Hai kamu, yang selama ini bercakap dengan saya tapi tidak dengan mulut.

Kalau kita benar manusia, maka kita akan bercakap dengan mulut. Saya bisa bercakap menggunakan organ bicara saya itu, dan saya tahu kamu juga bisa. Kita sama bicara dengan bahasa yang sama, tahu kosakata yang sama, dan sama bisa mendengar apa yang diucapkan satu sama lain.

Tapi kita tak pernah bercakap dengan mulut.

Karena mulut itu selalu mati. Rasanya kelu, kaku, sukar dibuka. Kamu selalu membuat mekanisme pergerakan organ itu jadi kacau, rusak. Kalau saya ibaratkan, kamu itu arus misterius yang mengacau kinerja sistem berbicara saya. Kamu mengacau, menyumbat, mematikan semua yang seharusnya berjalan normal. Saya kehilangan kata, menjadi bisu. Kebisuan sesaat yang muncul karena keberadaanmu.

Saya ingin bercakap dengan mulut.

Kata orang, lucu. Mereka bilang, tanpa mulut, namanya bukan bercakap. Mereka bilang soal telepati, kontak batin, dan apapun lainnya, tapi yang jelas bukan bercakap. Menurut saya, ini sebenarnya menunjukkan hubungan spesial kita, suatu dunia tersendiri antara dua orang yang tak bisa dimasuki orang lain. Kita punya pemahaman tersendiri, suatu hal khusus yang tak bisa orang lain mengerti. Saya merasa demikian, tapi orang lain tidak. Mereka bilang, ini terlalu aneh, tidak wajar. Saya harus belajar bicara dengan mulut kepadamu. Karena itulah hal yang sewajarnya terjadi. Hubungan bertukar kata yang terucap dari organ bicara.

Belajar dengan mulut.

Hai. Apa kabarmu? Senang bertemu lagi denganmu. Semoga harimu baik-baik saja. Selamat tinggal. Sampai berjumpa lagi.

untuk yang mengacaukan sistem bicara saya
Jakarta, 2 April 2012

Tidak ada komentar: