Jangan...

Bocah kecil cuma mematahkan bando, dan Lara tidak marah. Sudah waktunya beli baru, lagipula bando tidak mahal.

Bocah kecil menjadi pucat, memegang bando yang patah tiga itu, bersembunyi di balik pintu.

Lara cuma mengajak dia keluar, memperlihatkan bando yang patah ke Papa, minta dibelikan yang baru.

Bocah kecil ketakutan.

"Ayo, keluar. Kasih lihat papa bando Kakak patah, minta papa beli baru!"

Bocah kecil ketakutan, meringkuk di balik pintu.

"Jangan pukul Ek, nanti bandonya Ek benerin! Tapi jangan pukul Ek!

Lara jadi bingung. Kenapa dia pikir akan dipukul? Lara tidak marah pada bocah kecil.

Masih ketakutan di balik pintu, bocah kecil memegang bando yang patah tiga. Lara mematung.

Adik kecil, sebegitu takutnya kah kamu? Apa kamu trauma?

Bocah kecil mendorong Lara, dia membawa lari bando patah tiga, mati-matian mencari selotip. Tangan kecil yang masih belum terampil itu mencoba menyambung kembali bando itu. Saat Lara hampiri, dia masih berkata, "Ek bisa benerin, Kakak jangan pukul Ek.".

Lara ingin memeluk, tetapi bocah kecil ketakutan tiap ia mendekat. Perlahan tanpa suara, Lara meninggalkan bocah kecil yang masih berusaha. Sebegitu takutnyakah bocah kecil pada dirinya? Ia tidak pernah tahu hal itu. Di balik pintu kamar ia terduduk.

Adik kecil, mengapa kamu takut? Saya sangat sayang padamu. Kenapa kamu pikir saya akan memukul? Kali ini saya tidak marah, kamu tidak perlu takut.

Tapi bocah kecil tidak mengerti. Ia hanya ingat, kalau salah atau bandel, ia akan dipukul. Ia takut, tetapi bando tidak kunjung menyambung. Bocah kecil menjadi bingung, ia makin ketakutan.

Jangan pukul Ek! Bandonya bisa Ek benerin! Tapi jangan pukul Ek!

Lara menangis.

Tidak ada komentar: