(bukan) Filsafat #1

Mendefinisikan ‘Manusia yang Bukan Manusia’

Seperti kata Tuhan, semua manusia itu sama. Tapi, itu di mata Tuhan dan mata kaum agamawan. Kalau di mata saya, seorang yang tidak terlalu agamawi, tidak semua manusia itu sama. Mungkin secara fisik, kita sama punya mata, hidung, mulut, telinga, dan anggota tubuh lain. Kita juga sama-sama perlu makan, minum, bernafas, dan juga melakukan kegiatan-kegiatan yang sama. Tapi buat saya, ada beberapa manusia yang tidak sama. Bukan artinya mereka berbeda secara spesies, tapi tetap saja berbeda. Saya menamakan manusia yang berbeda ini sebagai manusia yang bukan manusia.

Jadi ada beberapa orang, yang kebetulan saya baru ketemu di perkuliahan ini, yang membuat ide akan spesies ini tercetus di otak saya. Pertamanya, saya cuma menganggap orang-orang ini agak miring di otak. Soalnya, sejak awal saya masuk jurusan ini (sastra negara Asia yang memang terkenal ‘unik’ penggemar-penggemarnya), saya sudah dikasih tau dan dipersiapkan untuk bertemu dengan spesies baru ini. Saya pikir saya sudah siap, makanya saya masuk dengan percaya diri. Tapi saya salah, yang namanya ‘siap’ itu tidak semudah ini. Bahkan sekarang, setelah saya pikir, saya tidak akan pernah bisa siap sama sekali.

Untuk tidak membingungkan secara lebih lanjut, sekarang akan saya jelaskan sedikit tentang MYBM ini. Ibarat kalian melihat sesame manusia, tapi kalian tidak bisa menganggap mereka sebagai manusia yang benar-benar manusia. Cuma rupa saja sama, tapi isinya bukan manusia. Entah binatang apa atau makhluk halus apa, saya tidak bisa tahu, tapi yang jelas, bukan manusia. Karena anggapan itu, saya jadi tidak bisa memperlakukan mereka sebagai sesama manusia. Saya bahkan tidak mengerti harus memperlakukan mereka bagaimana, sebab binatang bukan, manusia bukan, lantas apa?

Karena itu saya langsung memutuskan untuk tidak mempedulikan sama sekali spesies aneh ini. Mau dibagaimanakan lagi, saya takut bakal salah memperlakukan mereka. Selama satu semester, saya mencoba untuk tidak memicu interaksi dengan spesies ini. Tapi namanya juga satu angkatan, satu jurusan, ya mau tidak mau (tidak mau sama sekali) harus berinteraksi kan.

Dan lalu saya jadi gila.

Sungguh, saya dibuat stress oleh perilaku spesies aneh ini. Tingkah laku mereka sungguhan tidak lazim. Benar-benar diluar akal sehat! Seaneh-anehnya tingkah binatang, tingkah mereka JAUH lebih aneh. Saya semakin yakin, sewaktu diciptakan, Tuhan salah memasukkan roh ke dalam tubuh mereka. Mungkin seharusnya mereka menjadi anjing, tapi eh, kok ya masuk rohnya ke tubuh manusia. Jadinya manusia anjing. Tapi kok ya anjing saja jauh lebih saya tolerir ketimbang mereka, ya saya sudah tidak mengerti lagi deh roh apalagi yang ada di dalam tubuh mereka. Saya pingin bilang itu roh bangsat, roh bajingan, tapi agak aneh, kalau mereka disebut makhluk bajingan atau bangsat. Mereka kan masih merasa tercipta sebagai manusia.

Untuk sementara, sampai detik saya menulis ini, saya masih belum bisa mengerti makhluk macam apakah mereka itu sebenarnya. Tapi satu hal yang saya yakini. Mereka bukan manusia.

Tidak ada komentar: