Mungkin seseorang pernah merasakan cinta yang begitu menggebu-gebu. Begitu meluap-luap, sampai dada terasa sesak, ingin rasanya lari dan menumpahkan semua rasa yang begitu membuncah di dalam dada. Entah menjerit, entah menangis, entah tertawa sepuasnya (dan semuanya kau lakukan tanpa tahu apa alasannya), apapun, asalkan kau bisa merasa lega. Perasaan yang begitu sesak dan tidak mengenakkan, biarpun ia adalah cinta.

Tapi, pernahkah kau berpikir, kenapa kau bisa mencintai sedemikian menggebu-gebu?

Kupikir, mungkin karena kau tidak mengenal dengan dekat dan pasti objek cintamu. Kau pikir dia begitu sempurna, seperti dewa-dewi di khayangan. Padahal dia juga manusia, sama sepertimu, manusia dengan segala keterbatasannya. Cintamu membuat dia terasa begitu sempurna, rasiomu murni tertutup. Tapi coba kau redam dirimu, dan sekali-kali biarkan rasio mengambil alih. Coba lihat dia, bukan sebagai dewa yang kau puja, tapi sebagai manusia biasa. Melihat dan memahami segala kecacatan dan kekurangan yang ada padanya. Dia yang sebagai manusia biasa, dengan relasi yang setara denganmu, bukan sebagai pemuja dengan dewanya.

Saat kau melihat dia dengan kacamata rasio, menjadikan dia manusia biasa yang terjamah, kau mungkin bisa menjadi sedikit lebih tenang. Rasa yang membuncah bisa menyurut, dan kemudian... kau bisa melangkah untuk mendekatinya.

Menghampiri seorang manusia biasa.

Tidak ada komentar: